Bisnis Kuliner kini tengah booming. Bisnis ini menjadi sukses karena masyarakat sekarang lebih konsumtif. Kini kuliner dengan banyak varian muncul dibeberapa daerah baik kota besar maupun kota kecil.
Pernahkah anda melihat bisnis ini sepi pengunjung? Tentu saja tidak hampir setiap hari
tempat kuliner selalu ramai dikunjungi. Apalagi kuliner yang dibuat
dengan konsep unik dan menarik tentu daya tarik masyarakat pun akan
semakin tinggi. Nah berbicara tentang kuliner Indonesia, apakah sudah
ada dari Indonesia yang mendunia? Jawabannya tentu ada kawan. Tak serta
merta kuliner luar negeri seperti KFC dan pizza saja yang diakui secara
internasional, kuliner Indonesia pun sudah ada yang diakui oleh dunia.
Kuliner Gerai di J.Co Donut & Coffee

Kuliner merupakan salah satu peluang usaha yang sangat menjanjikan dan
bisa digeluti oleh semua orang. Target pasar yang luas dan juga
kebiasaan orang Indonesia yang doyan makan tentu segala macam jenis
kuliner pastinya akan selalu laku, tak terkecuali dengan gerai J.Co Donut & Coffee. Namanya yang asing dan juga produknya yang ke barat-baratan tentu semua orang akan suka.
Namun siapa sangka jika J.Co Donut & Coffee merupakan asli buatan
anak bangsa Indonesia. J.Co Donut & Coffee merupakan dua brand dalam
satu perusahaan pencetusnya adalah seorang anak bangsa yang berbakat
dalam bisnis, Johnny Andrean. Kesuksesan pria asal Pontianak ini tak
lepas dari insting dan naluri bisnisnya yang sangat tajam. Bagaimanakah
cara Johnny memulai bisnis? Mari kita simak kisahnya.
Johnny dikenal sebagai pengusaha yang memiliki segudang ide baru.
Ternyata, ide-ide kreatif itu diperolehnya berkat hobi traveling. Dengan
berjalan-jalan ke berbagai tempat, ia mendapat inspirasi untuk
membangun dan mengembangkan bisnisnya. Tak pelak bisnis salonnya sukses
merambah dan merajai berbagai wilayah di seluruh penjuru tanah air.
Namun kesuksesan bisnis salon saja tak membuat Johnny puas. Ia mencoba
memperluas bisnisnya ke bidang kuliner. Johnny pun membawa brand
besutannya, BreadTalk, dari Singapura ke Indonesia. Toko roti itu
disenjatai dengan konsep baru yang kemudian laris manis.
Setelah berhasil dengan BreadTalk, Johnny berusaha mengekspansi
bisnisnya lagi. Naluri bisnisnya membuat ia memutuskan untuk membuka
gerai donat. Saat akan membuka bisnis ini, Johnny sempat berpikir untuk
menggunakan konsep yang sama dengan BreadTalk, yaitu membeli hak
waralaba dari luar negeri. Namun setelah dianalisis, Johnny mengurungkan
niatnya karena donat luar negeri dirasa kurang memenuhi standar.
Analisisnya saat itu tidak sembarangan. Ia memiliki ilmu dan wawasan
dari kegiatan survei serta risetnya ke berbagai negara, seperti
Australia, Amerika Serikat, Jepang dan berbagai negara Eropa.
Walhasil, keputusannya untuk tidak membeli waralaba luar negeri pun
sangat tepat. Dengan membawa nama J-Co Donuts & Coffe, Johnny
membuka gerai pertamanya pada 2005. Dengan mengadopsi gerai terbuka
seperti halnya BreadTalk, J.Co ternyata juga disambut pasar dengan luar
biasa. Kini donat-donatnya yang lezat telah menjadi favorit masyarakat.
Saat ini terdapat lebih dari 100 gerai J.Co yang tersebar di berbagai
kota di tanah air. Bahkan, J.Co telah merambah negara tetangga seperti
Malaysia, Singapura, Shanghai, dan Filipina. Setelah mencapai kesuksesan
ini, apakah akhirnya Johnny puas dan berhenti berbisnis? Tentu saja
tidak. Sebagai pebisnis, ia selalu mencari ide baru untuk mengembangkan
usahanya. Salut!
Kuliner Ayam Bakar Mas Mono

Ayam merupakan salah satu makanan yang paling laku dan juga sangat mudah
untuk di konsumsi oleh semua orang, salah satu produk dari ayam paling
terkenal hingga pelosok desa adalah KFC, segala bentuk ayam goreng
ditabur dengan terigu pasti orang akan mengenalnya. Meski tidak dibuat
di Amerika namun makanan yang satu ini walau di buat di pinggir jalan
tetap saja akan dibilang KFC.
Nah berbicara tentang Bisnis Kuliner dari Indonesia yang Merambah Mancanegara
tentu kita punya salah satunya produk Ayam Bakar Mas Mono. Ayam Bakar
Mas mono sangat digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak dan
harganya yang terjangkau. Pada awalnya, ayam bakar Mas Mono ini hanyalah
usaha atau belajar membuat blog. Saat ini, dalam sehari Ayam Bakar Mas
Mono dapat menjual sampai 1000 ekor ayam untuk ke-23 cabangnya yang
tersebar di daerah Jabodetabek.
A.Pramono adalah mantan office boy dan supervisor sebuah perusahaan
swasta ini berani meninggalkan jabatan supervisor yang sudah diraihnya
hanya untuk membuka usaha sendiri demi meningkatkan taraf hidup orang
yang dicintainya. Pada awalnya, ia berjualan gorengan yang hanya
mempunyai omset sekitar 15.000 sampai 20.000 dalam sehari.
Keluarganya protes akan keputusan ini. namun bagi A.Pramono, memulai
usaha tidak perlu memilih-milih usaha mana yang mendatangkan untung yang
besar, yang terpenting adalah action. Hingga akhirnya ia beralih ke
dalam belajar membuat blog lainnya, yaitu berjualan ayam bakar.
Mas Mono selalu senang dalam belajar untuk melakukan hal baru dan
bermanfaat bagi hidupnya. Sehingga, walaupun dia hanya berjualan ayam
bakar, dia selalu bekerjakeras agar ayam bakarnya ini dapat diterima
oleh masyarakat luas. Setiap kegagalan yang terjadi tidak membuatnya
putus asa, malah membuatnya tambah bersemangat untuk terus berkerja.
Berkat kerja keras serta kesabaran dari sanak keluarga Sekarang sudah
ada 29 outlet resto yang dimiliki Mas Mono. Tak hanya itu, Mas Mono juga
mendapat penghargaan dari Asia Pasifik Entrepreneur Award 2010. Bangga
bukan dengan mereka, semoga jadi contoh buat Anda kawan.
Kuliner Es Teler 77

Inspirasi usaha memang bisa datang dari mana saja, termasuk dari hal-hal
sederhana yang mungkin kita sendiri tidak pernah menduga. Salah satu
bukti nyatanya dialami langsung oleh pengembang brand Es Teler 77,
Sukyatno Nugroho. Ide mengembangkan usaha es telernya bermula dari ibu
mertuanya sendiri yang bernama Murniati Widjaja.
Ibu mertuanya tersebut pernah mengikuti sebuah lomba kuliner khusus es
teler, dan tak disangka es teler racikan sang ibu mertua mendapatkan
predikat sebagai juara satu. Dan setelah mencoba dan mencoba, akhirnya
ia bersama istri dan kedua mertuanya bertekad untuk mencoba berjualan es
teler secara kecil-kecilan.
Sebelum menjalani usaha es telernya tersebut, Sukyatno telah pernah
mencoba berbagai macam usaha mulai dari sales, tengkulak, makelar,
bahkan usaha salon. Namun hasilnya nihil dan pada akhirnya memaksa
dirinya untuk menutup usahanya tersebut. Namun semua berubah sejak ia
mendapatkan “ilham” dari nikmatnya es teler racikan ibu mertuanya
tersebut.
Jadilah tepat pada tanggal 7 Juli 1982, ia dan keluarganya memulai untuk
menjual es teler. Nama Es Teler 77 pun dipilih dengan alasan bahwa
angka 77 yang berada di belakang es teler merupakan angka hoki yang
dipercaya akan membawa keberuntungan dalam usahanya tersebut. Dengan
nama Es Teler 77, ia berserta keluarganya berharap usaha ini bisa menuai
sukses di kemudian hari.
Saat ini sudah ada cabang Es Teler 77 di Penang Malaysia, Singapura,
India, dan Australia. Menjadikan usaha tersebut sebagai salah satu Bisnis Kuliner dari Indonesia yang Merambah Mancanegara.
Kuliner Bumbu Desa

Mendengar nama Bumbu Desa anda pasti membayangkan sajian khas masakan
pedesaan khas bumi Parahyangan, Jawa Barat. Memang benar, di restoran
ini anda akan disajikan berbagai sajian khas Sunda. Anda dapat menikmati
makanan seperti sayur asam dan ikan gurame, sambal cobek dan lalapan
serta diiringi alunan musik Sunda yang khas.
Setelah outlet pertamanya dibuka di Bandung, restoran ini telah membuka
cabang di berbagai kota di Indonesia. Bagi anada yang menggemari masakan
sunda anda dapat menjadikan Bumbu Desa sebagai salah satu tujuan wisata
kuliner untuk anda dan keluarga.
Saat memasuki restoran Bumbu Desa, anda akan langsung merasakan nuansa
pedesaan yang dikemas secara modern. Para pelayan atau pramusaji
menggunakan pakaian khas warga desa seraya menunjukkan keramahtamahan
kepada setiap pengunjung.
“Wilujeng Sumping” adalah sapaan hangat yang pertama kali akan Anda
terima dari penerima tamu yang ramah, ketika memasuki Bumbu Desa. Ini
adalah sapaan dalam bahasa Sunda yang berarti “Selamat Datang!” dan
biasa digunakan sebagai sapaan akrab dan penuh kehangatan di antara
penduduk desa bumi Parahyangan.
Menu yang cukup terkenal di sini adalah Gurame Cobek. Beberapa menu
lainnya yang bisa Anda pesan dari resto Bumbu Desa adalah berbagai jenis
ayam goreng seperti Ayam Goreng Laos, Ayam Goreng Bumbu Kecap, Usus
Ayam Goreng dan Ati Ampela.
Makanan khas Sunda seperti Karedok dan Pencok Leunca juga dapat anda
nikmati di sini. Bagi Anda penggemar petai, anda pun dapat menikmati
sajian Petai Goreng ataupun Petai Bakar. Selain itu berbagai menu tumis
seperti Tumis Kangkung, Tumis Genjer, Tumis Jamur, Tumis Leunca dan
Tumis Cumi juga tersedia bagi Anda untuk menambah kelengkapan lauk makan
Anda.
Kini, sudah ada lebih dari 50 cabang Bumbu Desa di Indonesia maupun luar
negeri. Tidak hanya makanan, Santoni juga menjamin kualitas pelayanan
dari para pegawainya. Bahkan, ada pelatihan khusus untuk para pegawainya
yang langsung dipandu oleh ahli dari bidang jasa dan psikologi.
Kuliner Pecel Lele Lela

Merk Pecel Lele LELA merupakan singkatan dari Pecel Lele LEbih LAku.
Pecel Lele LELA berdiri sejak 2006, kini perusahaan yang bergerak dalam
dunia kuliner ini sudah memiliki 83 outlet di Indonesia dan Malaysia.
Menjadikan kuliner asli Indonesia yang sukses dan diakui dunia. Seiring
dengan perkembangan yang sangat pesat perusahaan ini mulai
di-franchise-kan pada 2009. Omzet per bulan dari usaha pecel lele LeLa
mencapai kurang lebih Rp3 miliar.
Awalnya, Rangga Umara, pemilik restoran Pecel Lele Lela memilih lele
sebagai bahan baku utamanya dalam merintis usaha di dunia perkulineran.
Ia menuturkan alasan memilih lele untuk menjadi makanan utama dalam
restorannya karena lele itu ada di mana-mana. Sejauh mata memandang di
kaki lima, warung pecel lele dari dulu hingga sekarang masih tetap ada.
Walaupun terkena krisis sekalipun lele tetap eksis hingga sekarang.
Dengan melihat peluang market yang luas bapak dua anak ini memutuskan
mantap untuk memilih lele dalam merintis awal usahanya. Dengan modal
awal sebesar Rp3 juta, pria lulusan Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu
Komputer (STIKMI) Bandung ini, memulai usaha ini. Hingga akhirnya usaha
yang dirintisnya pada 2006 bisa dia franchise-kan pada 2009.
Pecel lele Lela yang mempunyai arti "Lebih Laku" ini sudah memiliki
lebih dari 83 outlet franchise di seluruh Indonesia, seperti Jakarta,
Bandung, Yogyakarta, Bali, Makassar, Purwokerto, Semarang, Palembang,
Pekanbaru, Batam, Surabaya, dan Palu. Sementara untuk outletnya yang dia
bangun sendiri sudah berjumlah delapan outlet.
Nah, itulah kawan sekiranya lima Bisnis Kuliner dari Indonesia yang Merambah Mancanegara. Dengan segala perjuangan mereka membangun mulai dari nol hingga sekarang tentu bisa menjadi motivasi dan pelajaran bagi kita semua. Toh usaha tidak ada yang instan dan semuanya butuh proses, betul tidak. Semoga bermanfaat kawan.
0 Response to "5 Bisnis Kuliner dari Indonesia yang Merambah Mancanegara"
Posting Komentar